DaRi MaNa DaTnGnYa CiNtA ?


Semua ini pasti akan musnah Tetapi tidak cintaku padamu(Pangeran Cinta, Dewa 19)Sebuah tendangan salto, dan
Ronaldinho mencetak gol indah. Pemain klub Barcelona ini menjadi sedikit dari pesepakbola yang bisa mencetak gol
dengan cara itu. Ia mengatakan bahwa itulah impian masa kecilnya yang menjadi kenyataan.
Seperti umumnya pemain asal Brazil, karir Ronaldinho dimulai dari futsal dan sepakbola pantai, masuk klub lokal,
talentanya lalu dilirik pencari bakat hingga merumput di Eropa. Nilai transfernya saat dibeli Barcelona (2003) mencapai
18 juta poundsterling, kini ia digaji sekitar Rp 1,97 milyar per minggu, dan menjadi Pemain Terbaik Dunia versi FIFA
tahun 2004 dan 2005.
Tiada yang lebih menyenangkan daripada apa yang dilakukan Ronaldinho. Bekerja dan bermain dijadikannya satu.
Profesinya adalah apa yang disukainya sejak kecil, dan itu membawanya kepada kesuksesan. Ia adalah perwujudan
sempurna kata-kata bijak: Do what you love. Kerjakanlah apa yang anda sukai, maka hasilnya akan luar biasa.
Tidak semua orang seberuntung Ronaldinho. Di tengah sulitnya mencari pekerjaan, terkadang kita harus menerima
pekerjaan apa pun yang tersedia. Pekerjaan yang dilakukan belum tentu sesuatu yang disukai atau menjadi cita-cita
semula. Love what you do, kata orang bijak lagi. Jika tiada kesempatan melakukan pekerjaan yang disukai, maka
cintailah pekerjaan kita saat ini. Kerja adalah rasa cinta yang terlihat kata Kahlil Gibran, maka kerjakanlah sesuatu
dengan penuh gairah cinta kata Bunda Theresa.
Rasa cinta yang terwujud akan memberi ruh dan jiwa pada pekerjaan yang kita lakukan. Hasil kerja menjadi hidup. Ruh
dan jiwa yang melekat itulah yang membuat hasil kerja menjadi berbeda jika dikerjakan oleh orang lain.
Namun cinta tidak selamanya membara. Ada saat kita kehilangan gairah kerja. Ada sesuatu yang diam-diam berusaha
mengikis rasa cinta kita terhadap pekerjaan atau profesi yang kita jalani. Bagaimana memelihara api cinta agar terus
menyala?
Di saat cinta memudar, telusuri kembali apa alasan kita melakukan pekerjaan ini, atau yang akan membuat kita tetap
bertahan melakukannya. Kita bekerja sesungguhnya untuk memenuhi kebutuhan
sendiri. Dalam prosesnya, hasil kerja kita bermanfaat memenuhi kebutuhan orang lain.
Sebagian orang bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup. Ada juga yang bekerja agar mempunyai banyak teman.
Sebagian orang bekerja untuk menunjukan status sosialnya, sebagian yang lain untuk
menunjukan kualitas dan kemampuan pribadinya. Tanpa bekerja, bukankah hidup terasa tiada arti?
Bagi spiritual worker, bekerja adalah perwujudan cintanya kepada Tuhan. Jika cinta Tuhan adalah cinta tanpa syarat
(unconditional love), maka spiritual worker bekerja dengan cinta tanpa syarat itu,
memberi tanpa mengharap kembali: bagai sang surya menyinari dunia. Bila tidak bekerja, bukankah kehilangan
kesempatan melayani Tuhan dengan cara melayani sesama?
Ataukah kita berharap orang lain yang akan memelihara cinta kita?Jim Collins (2004) dalam Good to Great mengatakan
bahwa meluangkan waktu dan mencurahkan energi untuk mencoba "memotivasi" orang adalah usaha yang sia-sia.
Pertanyaan yang sejati bukanlah "Bagaimana memotivasi orang?". Bila anda mempunyai orang yang tepat, mereka akan
memotivasi diri sendiri.
Kita berharap, Jim Collins dari penelitiannya terhadap ratusan perusahaan besar kelas dunia, akan menyimpulkan
bahwa memotivasi orang itu penting, atau bahwa perusahaan-perusahaan hebat adalah
perusahaan yang terus menerus meluangkan waktu untuk memelihara motivasi karyawannya. Kita mengharapkan itu,
namun ia menyatakan sebaliknya. Sungguh teganya Jim Collins.
Di era postmodernisme sekarang ini, di saat pemikiran besar dan mapan tengah mengalami dekonstruksi dan menjadi
serba tentatif, termasuk dalam manajemen SDM, kita harus pandai-pandai mencari cara
untuk memelihara motivasi-cinta kita sendiri pada pekerjaan yang ditekuni, dan tidak berharap itu dilakukan oleh orang
lain.
"Kita harus menemukan bagaimana caranya agar selalu jatuh cinta pada pekerjaan kita", ujar Andhara Early, Playmate
Indonesia. Nadya Hutagalung, model dan mantan VJ MTV, menambahkan "Jika kita telah memperhitungkan segala
sesuatunya, maka kita akan merasa numb, kebal rasa". Maka mereka menjalani profesi dengan penuh ketekunan dan
kekebalan terhadap resiko dan masalah.
Begitulah Ronaldinho, selalu tersenyum saat bertanding. Saat kalah pun ia tersenyum. Ia mempunyai alasan untuk
menggerutu, namun ia memilih untuk tersenyum. Barangkali tidak ada orang di dunia ini yang tersenyum sebanyak
Ronaldinho. Rasa cinta telah membuat Ronaldinho menikmati setiap serpihan peristiwa yang dialaminya saat bekerja.
Para artis, model, dan olahragawan telah mengajarkan sesuatu, nilai-nilai bekerja, persistent & commitment, rasa cinta
http://hrd.daihatsu.astra.co.id - Intranet HRD Powered by Mambo Generated: 11 July, 2008, 11:03
pada pekerjaan. Cinta akan tetap utuh jika kita dapat menyetel pikiran agar selalu adaptable dengan lingkungan, sesulit
apapun situasinya.
Kehidupan tidak selalu berjalan linier seperti yang kita inginkan. Semua hal bisa saja musnah: situasi tiba-tiba menjadi
tak menentu, order berkurang, budget minimalis, tugas bertambah, rencana tidak berjalan mulus, tetapi tidak cinta kita
pada pekerjaan, pada profesi yang kita tekuni. Tidak kita biarkan sedikitpun sesuatu di luar diri kita menepis rasa cinta
kita itu.
Bagaimana dengan anda, sudahkah menemukan cinta anda hari ini?

BeRaNi BeRuBaH


Berani keluar dari zona kenyamanan (comfort zone).Rupanya itulah salah satu resep orang-orang sukses.
Bagaimanapun kondisi mereka, kekurangan mereka, kelemahan mereka, semua itu tidak menjadi sebuah kendala.
Lihatlah Julius Caesar, meski menderita epilepsy, ia berhasil menjadi seorang jenderal dan kemudian menjadi kaisar.
Lalu juga Napoleon, walau berasal dari keluarga sederhana, juga berhasil menjadi jenderal. Bethoven bahkan menulis
beberapa lagu terbaiknya justru sesudah telinganya tuli sama sekali. Atau Charles Dickens yang menjadi novelis Inggris
terbesar meski kakinya pincang dan lahir dari keluarga yang sangat miskin. Atau Milton yang menggubah sajak-sajaknya
yang paling indah bahkan sesudah ia menjadi buta.
Orang-orang ini sanggup mengubah kekalahan jadi kemenangan, kekurangan jadi prestasi. Itulah orang-orang yang
yakin bahwa keunggulan, kemenangan, keberhasilan dan kejayaan adalah fungsi garis lurus dari kemauan dan
keberanian untuk berubah. Semua memang bergantung bagaimana sikap pikiran kita menghadapi gejolak kehidupan.
Apakah benar kita sudah berubah? Apa tanda-tandanya? Jika benar kita sudah melakukan perubahan, biasanya kita
akan mengalami situasi yang tidak nyaman. Karena setiap perubahan pasti menuntut kita keluar dari zona kenyamanan
(comfort zone). Itulah sebabnya tidak banyak orang yang benar-benar menyukai perubahan. Sebab untuk berubah ke
arah yang lebih baik, biasanya memang tidak gratis dan memang tidak nyaman. Ada 'harga' yang harus kita bayar!
Entah itu pengendalian sikap kita, pengorbanan waktu kita, fokus pikiran kita, bahkan terkadang bisa jadi terimbas juga
pada keluarga kita.
Berubah berarti keluar dari kebiasaan-kebiasaan lama, membentuk kebiasaan-kebiasaan baru. Berhenti bekerja dengan
cara-cara lama (yang biasanya sudah rutinitas), lalu terpaksa belajar lagi untuk bisa bekerja dengan cara-cara baru
(tentu saja ini tidak terlalu nyaman). Akan tetapi, siapapun yang mau melakukannya, dan bersedia untuk keluar dari zona
kenyamanannya, insyaAllah 99,9% pasti akan berhasil melaluinya. Sedang mereka yang masih dikuasai bisikan untuk
menentang perubahan, dengan tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama pasti akan tergilas, tertinggal, dan
gagal.
Untuk mendapatkan hasil yang berbeda, lakukanlah dengan cara yang berbeda. Untuk mengubah nasib ya berubahlah.
Kalau kita kita mau mengubah arah, kita akan berakhir di tempat yang sama.
Memang yang paling sulit adalah mengubah sikap atau attitude kita. Betapa tidak, selama ini kita sangat suka dan
nyaman dengan sikap itu. Lalu tiba-tiba kita harus mengubah sikap-sikap yang biasanya kita suka itu menjadi sikapsikap
baru! Kalau selama ini kita tergolong orang yang senang dilayani, tentu tidak mudah untuk segera berubah
menjadi manusia baru: suka melayani. Kalau kita terbiasa tidur sampai matahari terbit, tentu tidak mudah untuk bangun
shalat malam. Kalau biasanya kita begitu mudah tersinggung bahkan naik pitam, tentu sedikit lebih sulit untuk menjadi
lebih sabar. Kalau kita takut melakukan sesuatu yang baru, tentu sulit untuk segera memulainya, sehingga selalu saja
ada ribuan alasan untuk terus menundanya.
Berubahlah. Tinggalkan zona kenyamanan. Memang akan ada tekanan dari berbagai arah. Ada banyak pergolakan
batin. Ada banyak keluhan atas berbagai kesulitan. Akan banyak gejolak emosi yang menghimpit. Tapi itu adalah
sebuah keniscayaan. Suatu jalan yang mau tidak mau terpaksa harus kita tempuh. Itulah sebuah pertanda jalan yang
kita tempuh memang benar. Tidak mudah memang. Tetapi teruslah berjalan....